...
Serangkaian data buruk dari AS memicu kecemasan akan terjadinya
resesi di negeri Paman Sam dalam waktu dekat. Akibatnya investor mengalihkan
modalnya ke aset aman (safe haven) dan yen menjadi mata uang yang paling
diincar. Sejarah menunjukkan yen selalu menguat setiap kali terjadi masalah
ekonomi maupun gejolak geopolitik.
Data
terbaru dari Institute fo Supply Management (ISM) Kamis menunjukkan angka Purchasing
Managers’ Index (PMI) sektor jasa melambat menjadi 52,6 di bulan September,
dari sebelumnya 56,4. Sebelumnya pada hari Selasa lalu ISM melaporkan angka PMI
manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan
sebelumnya yang sebesar 49,1.
Indeks ini menggunakan angka 50
sebagai ambang batas, di bawah 50 artinya kontraksi yakni aktivitas sektor
manufaktur semakin menyusut, sementara di atas 50 berarti ekspansi atau
peningkatan aktivitas. Kontraksi yang dialami sektor manufaktur AS di bulan
September tersebut merupakan yang terdalam sejak satu dekade terakhir, tepatnya
sejak Juni 2009 ketika resesi AS 2007-2009 berakhir.
Rabu kemarin giliran Automatic
Data Processing Inc (ADP) melaporkan pelemahan pasar tenaga kerja AS. Sepanjang
bulan September ekonomi AS dilaporkan menyerap 135.000 tenaga kerja di luar
sektor pertanian. Data tersebut lebih rendah dari bulan Agustus sebanyak
157.000 tenaga kerja.
Serangkaian data tersebut
diperparah dengan potensi terjadinya perang dagang Uni Eropa setelah AS
memenangi gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai masalah
subsidi yang diberikan Uni Eropa kepada Airbus.
Kantor Perwakilan Dagang AS Rabu
kemarin merilis daftar yang akan dikenakan bea impor mulai dari pesawat terbang
sebesar 10% hingga berbagai jenis makanan dan produk tekstil senilai 25% yang
mulai berlaku efektif pada 18 Oktober.
Belum diketahui sejauh apa Uni
Eropa akan melawan perang bea impor Paman Sam, mengingat kondisi perekonomian
Benua Biru sedang memburuk. Tetapi jika sampai terjadi perang dagang lagi, ini
berarti AS akan dikeroyok China dan Uni Eropa.
Melihat kondisi saat ini, sang
negara Adikuasa kini dikatakan sudah mengalami semi resesi. “Sementara investor
berdebat apakah kita memasuki resesi, kami percaya (dengan) latar belakang
lebih baik (saat ini) digambarkan sebagai semi-resesi,”
Sumber : https://vlsindonesia.com/gara-gara-semi-resesi-as-yen-jadi-mata-uang-paling-seksi/
Perdagangan dalam CFD dan produk dengan leverage umumnya melibatkan potensi keuntungan yang besar dan juga risiko kerugian yang besar, anda bisa mendapatkan banyak dalam waktu yang lebih singkat, tetapi anda juga mungkin kehilangan semua modal yang diinvestasikan. Anda harus mendapatkan saran finansial, legal, perpajakan dan saran profesional lainnya sebelum bergabung dalam transaksi CFD untuk meyakinkan bahwa ini merupakan hal yang cocok dengan tujuan, kebutuhan dan keadaan anda. PT. Victory International Futures tidak menawarkan layanan kami kepada penduduk yurisdiksi tertentu seperti diantaranya Amerika Serikat, Iran, Korea Utara dan Kanada.
Copyright © PT. Victory International Futures. All Rights Reserved.