Harga minyak bergejolak; WTI melonjak sebaliknya Brent turun pada hari Rabu (05/07). Trader pun masih mencari isyarat lain tentang kebijakan moneter dari notulen rapat Federal Reserve bulan Juni, sementara kekhawatiran akan perang dagang AS-China yang baru muncul juga meredam sentimen.

Dimulainya pertemuan dua hari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan para eksekutif industri minyak utama juga membuat pasar menahan nafas, terutama setelah Arab Saudi dan Rusia berjanji untuk melakukan pengurangan pasokan yang lebih dalam selama beberapa bulan mendatang.

Prospek pasokan yang lebih ketat menopang harga minyak minggu ini, tatkala pemangkasan produksi sebanyak 1 juta barel per hari oleh Arab Saudi mulai berlaku sejak bulan Juli. Eksportir minyak terbesar di dunia ini berjanji akan memperpanjang pemangkasan tersebut hingga akhir Agustus, dan mungkin lebih lama lagi.

Namun, kekhawatiran akan memburuknya pertumbuhan ekonomi, di tengah kenaikan suku bunga dan potensi kebuntuan perdagangan AS-China, menahan kenaikan minyak.

Minyak Brent turun 0,47% ke $75,89 per barel pukul 13.10 WIB, sementara minyak WTI melonjak 1,72% di $70,99 per barel menurut data Investing.com. Kedua kontrak naik sekitar 2% pada hari Selasa, meskipun dalam perdagangan yang tipis karena libur di AS.

Kekhawatiran suku bunga meningkat jelang notulen Fed

Pasar minyak saat ini terfokus ke notulen rapat Fed bulan Juni, yang akan dirilis hari Rabu.

Bank sentral telah mempertahankan suku bunga tetap pada bulan Juni, tetapi berjanji setidaknya ada dua kenaikan lagi tahun ini, mengingat inflasi tetap jauh di atas target tahunan Fed.

Ketua Fed Jerome Powell juga telah menegaskan kembali rencana kenaikan suku bunga, yang pada gilirannya menekan pasar minyak dengan prospek kondisi moneter yang lebih ketat dan pertumbuhan ekonomi memburuk.

Pasar saat ini memperkirakan peluang 88% bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir Juli.

Potesi kenaikan suku bunga telah sangat membebani harga minyak tahun ini, karena pasar khawatir bahwa perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga akan mengurangi permintaan minyak di tahun ini.

Lebih lanjut, karet turun 1,13% di Singapura, batubara Newcastle di ICE London capai 142,50, kakao AS naik 1,55% hingga Selasa, minyak sawit naik 5,17%, dan kacang kedelai naik 0,76% pada penutupan Selasa. Kopi robusta di London berada di 2.540,00, kopi AS naik 1,04% dan gas alam naik 0,8%.

Potensi perang dagang AS-China ganggu sentimen

China minggu ini memberlakukan pembatasan ekspor beberapa bahan penting pembuatan chip ke AS, yang berpotensi menandai eskalasi perang dagang yang tengah berlangsung antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini.

Langkah ini menambah kekhawatiran akan ada lebih banyak gangguan dalam rantai pasokan global, yang pada akhirnya bisa berdampak terhadap perekonomian global yang sudah rapuh. Hal ini juga mengisyaratkan lebih banyak tekanan ekonomi pada importir minyak mentah utama China, yang sedang berjuang untuk menopang pertumbuhan setelah tiga tahun berlakukan lockdown COVID yang ketat.

Data ekonomi terbaru dari China indikasi kondisi yang memburuk di negara importir minyak terbesar di dunia, yang sebagian besar merusak spekulasi bahwa China akan mendorong permintaan minyak ke tingkat rekor tahun ini.

Potensi eskalasi perang dagang China-AS menambah ketidakpastian seputar ekonomi China.

Sumber : id.investing.com