Mata uang Asia mayoritas turun pada hari Jumat di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi di China, sementara dolar naik setelah data menunjukkan inflasi konsumen AS tumbuh sesuai ekspektasi pada bulan Juli.

Naiknya treasury yields AS juga menekan mata uang lokal, saat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama membuat dolar menguat.

Data hari Kamis menunjukkan inflasi indeks harga konsumen (IHK) AS tumbuh seperti yang diharapkan pada bulan Juli dari bulan sebelumnya. Sementara angkanya memacu spekulasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada bulan September, ini juga membuat pasar memangkas ekspektasinya untuk penurunan suku bunga tahun ini, dengan suku bunga diperkirakan akan tetap berada di level tertinggi 22 tahun.

Hal ini membebani sebagian besar aset-aset berbasis risiko, dengan investor tetap berhati-hati dalam membeli mata uang Asia di tengah potensi suku bunga AS yang tinggi.

Yen termasuk yang paling terpukul, merosot ke level terendah satu bulan dalam perdagangan semalam dan stabil di dekat level 145 pada hari Jumat. Namun hari libur pasar di negara tersebut membuat volume perdagangan terbatas.

Won Korea Selatan yang sensitif terhadap suku bunga melemah 0,4%, sementara dolar Singapura turun sedikit setelah negara kepulauan itu menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini.

Dolar Australia termasuk di antara beberapa peraih keuntungan hari ini, naik 0,2%. Gubernur Reserve Bank of Australia Philip Lowe mengingatkan bahwa inflasi yang tinggi bisa mengundang kenaikan suku bunga lanjutan oleh bank.

Sentimen terhadap pasar Asia juga terpukul oleh kekhawatiran baru atas China, menyusul rilis data inflasi dan perdagangan yang suram minggu ini dan meningkatnya kekhawatiran akan krisis pasar properti.

Sumber : investing

Disclaimer:

Analysis ini hanya sebuah informasi dan tidak ada keharusan untuk diikuti. Segala tindakan / keputusan yang anda ambil merupakan tanggung jawab penuh atas diri anda sendiri.