Sebagian besar mata uang Asia tetap bergerak terbatas pada hari Selasa dalam kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi di China terus membebani, dengan fokus beralih ke sinyal ekonomi dan kebijakan moneter AS lainnya.

Dolar mendekam di dekat level terendah 15 bulan. Pasalnya, angka inflasi yang lemah membuat pasar memperkirakan potensi kenaikan suku bunga yang lebih sedikit oleh Federal Reserve dalam beberapa bulan mendatang.

Indeks dolar dan indeks dolar berjangka masing-masing turun sekitar 0,1%, bergerak lebih jauh di bawah level 100.

Namun, meskipun dolar melemah dan ekspektasi suku bunga AS hampir mencapai puncaknya, mata uang Asia raih sedikit inflows, dengan data menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lemah di China mengurangi sentimen terhadap kawasan ini.

Yen Jepang diperdagangkan sideways, sedangkan dolar Australia memulihkan kerugian tajam dari sesi sebelumnya.

Won Korea Selatan yang sensitif terhadap suku bunga naik 0,3%, sementara dolar Taiwan bertambah 0,2%.

Data retail sales, industrial production AS

Pasar saat ini menunggu data retail sales dan industrial production AS, yang akan terbit hari ini, untuk mendapat lebih banyak petunjuk mengenai pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia ini, dan potensi jalur suku bunga.

Angka retail sales untuk bulan Juni diperkirakan akan meningkat dari bulan sebelumnya, di tengah sentimen konsumen yang kuat. Namun, belanja ritel yang tinggi juga isyarat inflasi konsumen lanjutan - sebuah tren yang dapat menarik lebih banyak kenaikan suku bunga dari the Fed.

Pertumbuhan industrial production juga diperkirakan akan meningkat di bulan Juni, yang bisa indikasi ketahanan dalam ekonomi AS.

Sementara pasar berharap bahwa the Fed akan menghentikan siklus kenaikan suku bunganya setelah kenaikan terakhir di bulan Juli, tanda-tanda ketahanan dalam inflasi dan ekonomi AS memberi bank sentral lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga - sebuah skenario yang menjadi pertanda buruk bagi mata uang Asia.

Sumber : investing