Harga Minyak Dunia Melonjak 2% Pasca Serangan Ladang Minyak Arab Saudi


Harga minyak naik sekitar 2% pada perdagangan Senin atau Selasa pagi waktu Indonesia setelah fasilitas lapangan minyak milik Arab Saudi diserang oleh pasukan Houthi Yaman pada Sabtu (17/9). Serangan tersebut dikhawatirkan akan mengancam pasokan minyak mentah dunia. Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent menetap di level US$ 59,74 per barel, naik US$ 1,10, atau 1,88%. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) berada pada level US$ 56,21 per barel, naik US$ 1,34, atau 2,44%.

Sedikit meredanya tensi perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok setelah AS memperpanjang masa tenggang hukuman kepada Huawei Technologies sehingga dapat tetap membeli komponen teknologi dari perusahaan asal AS selama 90 hari kedepan juga turut menopang harga minyak. Serangan ladang minyak Arab Saudi dilakukan dengan pesawat tak berawak oleh kelompok Houthi di ladang minyak di Arab Saudi timur pada akhir pekan menyebabkan kebakaran di sebuah pabrik gas. Serangan tersebut tersebut menambah ketegangan di Timur Tengah. Namun produksi minyak yang dikelola Saudi Aramco dikatakan tidak terpengaruh.

“Pasar minyak tampaknya kembali terpengaruh oleh risiko geopolitik menyusul serangan pesawat tak berawak akhir pekan ke Arab Saudi. Namun risiko ini tidak akan berpengaruh lama jika tidak mengganggu supplai minyak,” kata analis minyak UBS, Giovanni Staunovo, dilansir dari Reuters. Sementara itu keteganggan di Timur Tengah sedikit mereda terkait dilepasnya kapal tanker minyak milik Iran oleh Gibraltar. Sebelumnya Pemerintah Gibraltar menahan kapal minyak milik Iran berdasarkan kecurigaan kapal tersebut akan mengantarkan minyak mentah ke Suriah yang saat ini terkena sanksi dari Uni Eropa.

Padahal, kapal tersebut memiliki tujuan akhir Yunani. Iran pun memperingatkan AS yang telah melobi Gibraltar untuk kembali menahan kapal tersebut karena Iran telah melanggar sanksi AS atas tuduhan pencucian uang dan dukungan terhadap aksi terorisme. Meningkatnya harapan bahwa ekonomi global akan mengatasi ancaman resesi ekonomi global juga turut membantu kenaikan harga minyak, yang seringkali mengikuti kenaikan harga saham.

Harapan tersebut didukung oleh kebijakan Bank Sentral Tiongkok yang memangkas suku bunga untuk menurunkan bunga pinjaman dan stimulus dari Jerman yang meninggalkan kebijakan anggaran berimbangnya untuk mendorong ekonomi. Namun kenaikan harga minyak mentah dunia dibatasi oleh laporan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan minyak. OPEC memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global pada 2019 sebesar 40.000 barel per hari (bph) menjadi 1,10 juta barel per hari dan mengindikasikan pasar akan mengalami kelebihan supplai pada 2020 mendatang.


Sumber : https://vlsindonesia.com/harga-minyak-dunia-melonjak-2-pasca-serangan-ladang-minyak-arab-saudi/


Tinggalkan komentar:

Perdagangan dalam CFD dan produk dengan leverage umumnya melibatkan potensi keuntungan yang besar dan juga risiko kerugian yang besar, anda bisa mendapatkan banyak dalam waktu yang lebih singkat, tetapi anda juga mungkin kehilangan semua modal yang diinvestasikan. Anda harus mendapatkan saran finansial, legal, perpajakan dan saran profesional lainnya sebelum bergabung dalam transaksi CFD untuk meyakinkan bahwa ini merupakan hal yang cocok dengan tujuan, kebutuhan dan keadaan anda. PT. Victory International Futures tidak menawarkan layanan kami kepada penduduk yurisdiksi tertentu seperti diantaranya Amerika Serikat, Iran, Korea Utara dan Kanada.

Pakuwon Center
Superblock Tunjungan City
Office Building Lt. 15 Unit 5-7
Jl. Embong Malang No. 1, 3, 5
Surabaya 60261
0800 - 156 - 5758
+62 31 9924 8699