China 'Buang' Dolar AS & Peluru 'Belt and Road Initiative'


China terus meningkatkan upaya untuk membuat penggunaan mata uangnya, yuan, di kancah internasional menjadi semakin lumrah dilakukan. Salah satu upaya yang ditempuh untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah melalui program pinjaman Belt & Road-nya, sebagaimana dikatakan para pakar.

Saat ini penggunaan yuan dalam perdagangan global terbatas dan cakupannya dari cadangan mata uang masih di bawah 2%. Pangsa cadangan mata uang yuan itu hampir tidak berubah sejak menjadi mata uang cadangan dunia pada tahun 2016, menurut Dana Moneter Internasional (IMF).

Sementara Dolar Amerika Serikat (AS) tetap menjadi mata uang cadangan dominan dunia. Mencakup 60,8% dari cadangan yang dialokasikan pada kuartal terakhir tahun 2019.

Di sisi lain, penggunaan internasional yuan terbatas dibandingkan dengan dolar. Angka terbaru dari sistem Swift menunjukkan bahwa mata uang China hanya menyumbang 1,66% dari transaksi pembayaran internasional pada bulan April dibandingkan dengan 43% untuk dolar AS.

Namun, alasan utama China ingin memperkukuh penggunaan mata uangnya bukanlah karena kalah dalam hal-hal tersebut dibandingkan dolar AS. Alasan utama yang mendasari langkah tersebut adalah karena China ingin mengurangi ketergantungannya pada dolar.

Upaya dedolarisasi atau "buang dolar" itu dilakukan China di tengah memanasnya hubungan negara itu dengan Amerika Serikat (AS). Kedua ekonomi terbesar di dunia itu telah terlibat perselisihan sengit dalam berbagai hal selama beberapa tahun terakhir, dan China merasa perlu melepaskan diri dari dolar sebagai bentuk antisipasi jika kelak aksesnya pada dolar dibatasi oleh AS.

Menurut Belt & Road News, China telah mulai meningkatkan penggunaan yuan untuk transaksi bilateral dengan banyak negara di Asia, mulai dari Kamboja hingga Vietnam.

"Distributor komputer Kamboja, Yako Technology, minggu ini melakukan transaksi valuta asing langsung pertama antara riel dan yuan melalui Bank of China Hong Kong di Phnom Penh," kata bank China dalam sebuah pernyataan, dikutip Selasa (14/7/2020).

Uang itu ditransfer ke akun eksportir Yako di China, di mana penyelesaiannya dilakukan melalui Bank of China Hong Kong di Guangxi, wilayah otonom di China selatan.

Di masa lalu, pelanggan Kamboja harus menukar riel menjadi dolar AS sebelum menukarnya menjadi yuan.

Guangxi, yang berbatasan dengan Vietnam, adalah gerbang China untuk kerjasama dengan Negara-negara ASEAN, yang merupakan bagian penting dari Inisiatif Belt & Road.

Total penyelesaian yuan lintas batas di kawasan itu melebihi 1 triliun yuan (US$ 142 miliar) pada Agustus di 2019.

Aplikasi pembayaran terbesar di Cina WeChat Pay dan Alipay juga telah membuat terobosan di Kamboja. Sehingga memudahkan wisatawan China untuk menghabiskan uang di negara itu.

Tetapi pakar pengiriman uang global George Harrap, yang telah bekerja dengan perusahaan-perusahaan di Kamboja, percaya masih ada tantangan bagi yuan dapat digunakan secara lumrah di Asia Tenggara.

Di Kamboja, misalnya, yang sangat bergantung pada bantuan dan investasi China, dolar AS tetap menjadi alat pembayaran yang sah untuk melakukan bisnis lokal dan transaksi sehari-hari. Riel telah dipatok terhadap dolar AS sejak 1990-an.

"Aplikasi pembayaran China harus dapat mendukung mata uang lokal, itu berarti mereka harus pergi ke masing-masing negara untuk mencapai kesepakatan dengan bank sentral dan bank komersial untuk memegang mata uang lokal," kata Harrap.

"Maka mereka harus dapat mengelola nilai tukar mata uang asing di masing-masing negara ini karena orang membeli barang dari China. Ini masalah besar dan membutuhkan banyak uang untuk menyelesaikannya dan marginnya sangat tipis. Lebih mungkin bahwa beberapa aplikasi pembayaran ini mungkin mempertimbangkan untuk membeli pesaing sebagai opsi untuk berekspansi ke pasar lokal."

Memang peningkatan penggunaan yuan dalam transaksi lintas batas dalam Belt & Road Countries seperti itu, dapat dipandang sebagai bagian dari tujuan jangka panjang Beijing untuk melakukan internasionalisasi mata uangnya.

Apa lagi China juga telah mendorong penggunaan mata uang itu dalam penyelesaian perdagangan, mendirikan pasar di Shanghai untuk memperdagangkan kontrak berjangka minyak mentah berdenominasi yuan, mengembangkan sistem pembayaran lintas batas, menandatangani puluhan kesepakatan pertukaran mata uang yuan bilateral dan bahkan menciptakan sendiri bank multilateralnya.

"Penguatan modal dan keuangan adalah jaminan penting bagi Belt & Road," kata Xiao Gang, mantan kepala regulator sekuritas China di sebuah forum di Beijing bulan lalu. "Inilah sebabnya mengapa kita perlu lebih jauh mempromosikan penggunaan yuan secara internasional dan secara dekat menghubungkan pembangunan Proyek Belt & Road dengan penggunaan yuan."

Sayangnya, Sagatom Saha, seorang analis kebijakan energi independen yang berbasis di Washington mengatakan bahwa ia tidak berpikir Belt & Road Initiative dapat berfungsi sebagai kendaraan efektif untuk internasionalisasi yuan.

"Anda tidak melihat banyak negara, kecuali Pakistan, mengambil pinjaman yuan bahkan di bawah Inisiatif Belt & Road, sebagian karena itu tidak relatif berguna untuk cadangan devisa atau pembayaran global.

"Belt & Road Initiative dapat memfasilitasi internasionalisasi yuan begitu mata uang telah mencapai tingkat penerimaan global yang lebih tinggi, tetapi itu tidak akan mempromosikan mata uang ke titik itu."

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200714100334-17-172473/china-buang-dolar-as-peluru-belt-and-road-initiative


Tinggalkan komentar:

Perdagangan dalam CFD dan produk dengan leverage umumnya melibatkan potensi keuntungan yang besar dan juga risiko kerugian yang besar, anda bisa mendapatkan banyak dalam waktu yang lebih singkat, tetapi anda juga mungkin kehilangan semua modal yang diinvestasikan. Anda harus mendapatkan saran finansial, legal, perpajakan dan saran profesional lainnya sebelum bergabung dalam transaksi CFD untuk meyakinkan bahwa ini merupakan hal yang cocok dengan tujuan, kebutuhan dan keadaan anda. PT. Victory International Futures tidak menawarkan layanan kami kepada penduduk yurisdiksi tertentu seperti diantaranya Amerika Serikat, Iran, Korea Utara dan Kanada.

Pakuwon Center
Superblock Tunjungan City
Office Building Lt. 15 Unit 5-7
Jl. Embong Malang No. 1, 3, 5
Surabaya 60261
0800 - 156 - 5758
+62 31 9924 8699