Pasokan Minyak Bakal Turun, Tapi Kok Harga Anjlok?


OPEC+ akhirnya menyepakati pemotongan produksi minyak sebanyak 10 juta barel/hari, atau sekira 10% dari total pasokan di pasar dunia. Namun, kok harga si emas hitam malah anjlok?

Pada Jumat (10/4/2020) pukul 07:45 WIB, harga minyak jenis brent turun 4,14%. Light sweet lebih parah lagi, ambrol 9,29%.

Dini hari tadi waktu Indonesia, akhirnya perang harga minyak selesai. OPEC+ sepakat untuk mengurangi produksi 10 juta barel/hari, plus (bila disetujui G20) 5 juta barel/hari dari negara-negara lain. Dengan berkurangnya pasokan diharapkan harga akan lebih tinggi dan stabil, tidak di level rendah seperti sekarang.

"Kami berharap produsen di luar OPEC+ akan ikut serta. Mungkin akan dibahas dalam pertemuan G20," kata Kiril Dmitriev, salah satu negosiator Rusia, seperti diberitakan Reuters.

Akan tetapi, kabar dari OPEC malah tidak membuat harga minyak melesat, yang ada malah jatuh. Mengapa bisa begitu?

Jawabannya adalah virus corona alias Coronavirus Desease-2019 (Covid-19). Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu menyebar dengan sangat cepat.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:21 WIB, jumlah pasien positif corona di seluruh dunia sudah hampir 1,6 juta orang, tepatnya 1.596.496 orang. Korban jiwa juga semakin bertambah mendekati 100.000 orang, saat ini di 95.506 orang.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan virus corona sudah menyebar ke lebih dari 200 negara dan teritori. Hampir tidak ada tempat yang aman.

Akibat serangan virus mematikan, aktivitas masyarakat menjadi terbatas (atau dibatasi). Banyak pemerintah mengimbau atau bahkan benar-benar melarang warga untuk keluar rumah untuk menekan angka penularan (flattening the curve).

Ini membuat permintaan energi menurun. Misalnya di sektor transportasi, penggunaan kendaraan berkurang jauh karena saat ini jutaan orang di dunia menerapkan kerja, belajar, dan beribadah di rumah.

"Permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia anjlok sekitar 30 juta barel per hari. Serangan virus corona membuat pesawat terbang banyak yang menganggur, begitu pula kendaraan lainnya seiring penurunan aktivitas ekonomi," sebut riset Reuters.

Pengurangan pasokan minyak walau sampai 15 juta barel/hari masih lebih sedikit ketimbang penurunan permintaan. Masih ada kelebihan pasokan (oversupply) sehingga harga akan cenderung bergerak ke selatan.

Apalagi stok minyak Amerika Serikat (AS), negara produsen terbesar di dunia, bukannya berkurang tetapi terus bertambah. Per 3 April 2020, stok minyak Negeri Adidaya mencapai 484,37 juta barel, tertinggi sejak awal Juni tahun lalu. Sejak awal tahun, stok minyak AS naik 12,67%.

Jadi wajar saja harga minyak turun meski sudah ada kesepakatan untuk memangkas produksi. Wong permintaan rendah, bagaimana bisa menjual dengan harga tinggi?

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200410081557-17-151047/pasokan-minyak-bakal-turun-tapi-kok-harga-anjlok/1


Tinggalkan komentar:

Perdagangan dalam CFD dan produk dengan leverage umumnya melibatkan potensi keuntungan yang besar dan juga risiko kerugian yang besar, anda bisa mendapatkan banyak dalam waktu yang lebih singkat, tetapi anda juga mungkin kehilangan semua modal yang diinvestasikan. Anda harus mendapatkan saran finansial, legal, perpajakan dan saran profesional lainnya sebelum bergabung dalam transaksi CFD untuk meyakinkan bahwa ini merupakan hal yang cocok dengan tujuan, kebutuhan dan keadaan anda. PT. Victory International Futures tidak menawarkan layanan kami kepada penduduk yurisdiksi tertentu seperti diantaranya Amerika Serikat, Iran, Korea Utara dan Kanada.

Pakuwon Center
Superblock Tunjungan City
Office Building Lt. 15 Unit 5-7
Jl. Embong Malang No. 1, 3, 5
Surabaya 60261
0800 - 156 - 5758
+62 31 9924 8699