...
Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai ditransaksikan melemah pagi ini Selasa (7/7/2020). Kenaikan jumlah kasus baru infeksi virus corona di berbagai negara menjadi sentimen negatif yang membebani harga emas hitam.
Pada 09.25 WIB, harga minyak acuan global Brent dan patokan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas International (WTI) melemah 0,5% masing-masing ke US$ 42,85/barel dan US$ 40,41/barel.
Bukannya membaik, perkembangan terbaru pandemi yang dipicu oleh virus corona (Covid-19) justru memburuk. Jumlah kasus secara global terus bertambah. AS tetap berada di puncak klasemen dengan total kasus Covid-19 nyaris menyentuh angka 3 juta.
Reuters melaporkan, dalam lima hari pertama bulan Juli ada 16 negara bagian AS yang melaporkan rekor pertambahan jumlah kasus baru. India kini menggeser Rusia dengan jumlah kasus terbanyak ketiga di dunia setelah Brazil.
Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan, sudah ada lebih dari 11,5 juta penduduk bumi yang terjangkit virus ganas yang awalnya merebak di Wuhan itu. Tak kurang dari 537 ribu orang terenggut nyawanya.
Meskipun menjadi ancaman yang serius, harga minyak mentah cenderung kokoh di level US$ 40/barel. Upaya pemangkasan output untuk menopang harga yang dilakukan oleh Arab Saudi, Rusia dan anggota OPEC+ lain terbukti mampu mengerek naik harga meski prospek permintaan yang masih suram menghalangi kenaikan lebih lanjut.
Lockdown yang masif di berbagai negara membuat permintaan minyak anjlok 30% pada April lalu. Sebagai akibatnya harga minyak mentah terjun bebas. Bahkan untuk kontrak WTI sempat jatuh ke teritori negatif.
Perang harga minyak antara Riyadh-Moscow kian memperburuk suasana di pasar minyak yang sudah kena pukulan ganda akibat anjloknya permintaan dan banjir pasokan di pasar.
Amblesnya harga membuat produsen minyak global kalang kabut. Bukan margin saja yang tergerus, di berbagai negara bahkan sudah sampai level merugi dengan anjloknya harga minyak. Di AS contohnya, kejatuhan harga minyak pun direspons dengan menutup produksinya dan mengurangi jumlah pengeboran barunya.
Bulan Juli akan menjadi bulan terakhir OPEC+ memangkas produksi minyaknya sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd). Angka tersebut setara dengan 10% output global. Masuk bulan Agustus organisasi tersebut akan mengendorkan pemangkasan menjadi 7,7 juta bpd hingga akhir tahun.
Kini pasar terus mencermati dinamika dari sisi permintaan. Jika permintaan kembali terancam akibat diterapkannya lockdown disertai komitmen yang rendah dari OPEC+, maka harga minyak bisa anjlok.
Untuk saat ini pelaku pasar menanti rilis data perminyakan AS periode mingguan versi asosiasi industri (API) nanti malam dan data resmi pemerintah (EIA) besok malam. Konsensus pasar memperkirakan akan ada kenaikan stok bensin sebesar 100 ribu barel.
Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200707093326-17-170704/115-juta-orang-kena-corona-minyak-masih-kuat-us--40-barel
Perdagangan dalam CFD dan produk dengan leverage umumnya melibatkan potensi keuntungan yang besar dan juga risiko kerugian yang besar, anda bisa mendapatkan banyak dalam waktu yang lebih singkat, tetapi anda juga mungkin kehilangan semua modal yang diinvestasikan. Anda harus mendapatkan saran finansial, legal, perpajakan dan saran profesional lainnya sebelum bergabung dalam transaksi CFD untuk meyakinkan bahwa ini merupakan hal yang cocok dengan tujuan, kebutuhan dan keadaan anda. PT. Victory International Futures tidak menawarkan layanan kami kepada penduduk yurisdiksi tertentu seperti diantaranya Amerika Serikat, Iran, Korea Utara dan Kanada.
Copyright © PT. Victory International Futures. All Rights Reserved.