Dolar AS Menguat di Tengah 'Risk Aversion' dan Sinyal Pengetatan Bank Sentral


Seiring dengan meningkatnya risk aversion atau penghindaran aset risiko akibat kebijakan moneter nan hawkish dari bank-bank sentral di seluruh dunia, dolar AS pun bergerak menguat. Kekhawatiran bahwa pengetatan yang agresif dapat menyebabkan penurunan ekonomi yang lebih dalam telah mendorong beberapa investor untuk mencari perlindungan dalam aset safe haven seperti greenback.

Poundsterling Inggris alami kesulitan untuk mempertahankan kenaikannya setelah kenaikan suku bunga yang lebih besar dari yang diantisipasi oleh Bank of England (BoE) pada hari Kamis sebagai respons atas inflasi yang terus tinggi. Trader semakin khawatir akan potensi resesi Inggris karena suku bunga yang lebih tinggi umumnya mendukung mata uang tetapi juga menimbulkan risiko untuk memicu perlambatan ekonomi. Poundsterling mengalami penurunan mingguan lebih dari 0,5% setelah sempat mencapai level tertinggi dalam satu tahun pasca keputusan BoE.

Ekonom internasional Wells Fargo (NYSE:WFC) Nick Bennenbroek mengantisipasi tekanan lebih lanjut pada ekonomi Inggris dengan kenaikan suku bunga BoE dan memperkirakan bahwa pertumbuhan bisa stagnan atau bahkan berkontraksi pada akhir 2023. Bennenbroek yakni dibutuhkan tanda-tanda yang jelas mengenai perlambatan pertumbuhan dan turunnya inflasi sebelum BoE mengakhiri siklus pengetatannya.

Sementara itu, lira Turki kembali mencapai rekor terendah terhadap dolar AS setelah kenaikan suku bunga bank sentralnya baru-baru ini tidak sesuai dengan ekspektasi. Dalam perkembangan mata uang lainnya, dolar mendekati level tertinggi lebih dari tujuh bulan terhadap yen Jepang imbas kebijakan sangat dovish tetap bertahan di bank sentral Jepang kendati ada peningkatan sikap hawkish di kalangan bank sentral global lain.

Data menunjukkan harga konsumen inti di Jepang masih berada di atas target selama beberapa bulan berturut-turut sementara aktivitas manufaktur berkontraksi lagi di bulan Juni dan pertumbuhan sektor jasa melambat untuk pertama kalinya sejak November tahun lalu.

Mata uang euro turun sedikit terhadap dolar AS usai Swiss National Bank dan bank sentral Norwegia mengisyaratkan lebih banyak pengetatan yang mungkin terjadi setelah menaikkan suku bunganya baru-baru ini - yang menimbulkan kekhawatiran lain terkait potensi resesi di negara-negara ini.

Analis pasar CMC Markets, Tina Teng, mencatat mayoritas bank sentral di negara-negara Barat saat ini berpandangan lebih hawkish daripada yang diantisipasi sebelumnya, dengan inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga yang mengarah pada perlambatan pertumbuhan ekonomi - bahkan mungkin menyebabkan resesi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya sentimen investor secara keseluruhan.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun setelah alami pelemahan signifikan pada hari Kamis, sementara dolar Selandia Baru juga lanjut turun kembali.


Sumber : id.investing.com

Tinggalkan komentar:

Perdagangan dalam CFD dan produk dengan leverage umumnya melibatkan potensi keuntungan yang besar dan juga risiko kerugian yang besar, anda bisa mendapatkan banyak dalam waktu yang lebih singkat, tetapi anda juga mungkin kehilangan semua modal yang diinvestasikan. Anda harus mendapatkan saran finansial, legal, perpajakan dan saran profesional lainnya sebelum bergabung dalam transaksi CFD untuk meyakinkan bahwa ini merupakan hal yang cocok dengan tujuan, kebutuhan dan keadaan anda. PT. Victory International Futures tidak menawarkan layanan kami kepada penduduk yurisdiksi tertentu seperti diantaranya Amerika Serikat, Iran, Korea Utara dan Kanada.

Pakuwon Center
Superblock Tunjungan City
Office Building Lt. 15 Unit 5-7
Jl. Embong Malang No. 1, 3, 5
Surabaya 60261
0800 - 156 - 5758
+62 31 9924 8699