...
Anggota
kabinet barunya sudah dibuat, tidak akan ada yang beda pendapat. Di hari halloween itu
nanti Inggris sudah harus keluar dari Uni Eropa. Dengan atau tanpa ‘kesepakatan
bagaimana cara pisahnya’. Termasuk siap membayar denda triliunan rupiah.
Sebagai konsekuensi meninggalkan persatuan. Tanpa kesepakatan.
Itulah
pelaksanaan hasil referendum dua tahun lalu. Meski menangnya hanya kurang satu
persen. Jayakah Inggris setelah itu? Ataukah sebaliknya? Boris Johnson terus
menebar optimisme. Sambil mengejek pihak yang pesimistik. “Inggris akan menjadi
negara terkuat di dunia,” katanya. Ia memang ada sedikit nge-Trump-nya.
“Inggris
akan segera memasuki era emas,” katanya. “Bersih, hijau, makmur, bersatu,
percaya diri, dan penuh ambisi,” tambahnya. Orang senang mendengar retorikanya.
Yang ada nada jenakanya. Setidaknya punya nilai hiburan.
Tapi
orang Skotlandia tidak suka Johnson. Sebagian rakyatnya justru ingin memisahkan
diri dari Inggris. Dua kali referendum. Tinggal kalah tipis. Tapi dengan
tampilnya Johnson bisa lain lagi. Misalkan ada referendum lagi bisa pisah beneran.
Saat
referendum Brexit Skotlandia tetap ingin bersama Uni Eropa.
Dua
hari lalu Johnson ke Skotlandia. Ia diteriaki masyarakat. Diejek-ejek. Sampai
harus pulang lewat pintu belakang. Johnson masih akan ke Wales dan Irlandia
Utara. Untuk meyakinkan langkahnya. Dan untuk menggalang persatuan Inggris
Raya.
Hasilnya
negatif.
Kemarin
mata uang Inggris jatuh. Terdalam. Selama 2,5 tahun terakhir. Satu
poundsterling menjadi nyaris sama dengan satu euro. Tiga bulan lagi Inggris
pemilu. Kalau sampai Johnson kalah, selesailah. Johnson akan dikenang sebagai
perdana menteri dengan masa jabatan terpendek.
Banyak
yang pesimistik. Mereka meramal ekonomi Inggris akan turun delapan persen.
Selama 15 tahun ke depan. “Sekarang ini 80 persen bahan makanan datang dari Uni
Eropa. Yang ada di supermarket itu,” tulis Financial Times Senin
lalu.
Tapi,
menakutkan. Beda dengan menjelang referendum dulu. Saat itu ada yang meramalkan
begini begitu pro-Brexit menang, ekonomi Inggris akan langsung krisis. Lebih
berat dari krisis pada 2008.
Nyatanya
baik-baik saja. Dua tahun terakhir ekonomi Inggris tetap tumbuh. Bahkan lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata anggota UE.
Jelasnya
kita lihat seminggu lagi.
Inggris
pernah menyadari perlunya menyatu dengan Eropa. Sejak zaman Churchill dulu.
Dalam menghadapi Hitler dulu. Churchill pernah mengusahakan sungguh-sungguh:
agar Prancis dan Inggris menjadi satu negara. Bahkan sebaiknya seluruh Eropa
jadi satu negara. Ide dasarnya: agar setara dengan Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Waktu itu belum tampak tanda-tanda Tiongkok bisa keluar dari kemiskinan
akutnya.
Ide
itu menjadi kenyataan. Hampir 50 tahun lalu. Inggris dan seluruh Eropa bersatu
dalam Uni Eropa. Tanpa visa. Tanpa tarif. Tanpa batas. Orang Inggris tidak
ditanya akan ke mana. Untuk berapa lama. Di seluruh Uni Eropa. Tahun lalu 55
juta kali keberangkatan orang Inggris ke Eropa. Dengan bebasnya. Yang mulai Halloween depan
harus menggunakan prosedur baru. Yang belum juga jelas seperti apa prosedur
itu.
Belum
banyak reaksi dari para pemimpin Eropa. Sebagian masih cuek-bebek. Masih
beranggapan koar-koar Boris Johnson itu hanya untuk konsumsi dalam negeri.
Untuk memperkuat posisi politiknya.
Tapi
siapa tahu do or die. Akan
terlaksana.
Ketika
Trump galak di masa kampanye. Banyak yang mengira Trump akan realistik —
setelah terpilih. Nyatanya tetap nge-Trump. Apalagi luasan wilayahnya. Kecil sekali.
Lebih-lebih kalau Skotlandia keluar dari Inggris Raya. Yang jelas menjadikan
Inggris kembali yang terkuat di dunia berlebihan. Ekonomi Inggris hanya 22
persen ekonomi UE. Hanya 20 persen ekonomi USA. Hanya separuh ekonomi Tiongkok.
Belum lagi sumber dayanya. Minim sekali. Inggris memang pernah menjadi yang
terkuat di dunia: sekitar 300 tahun lalu. Tepatnya saya tidak tahu — saya belum
lahir saat itu.
Sumber : https://vlsindonesia.com/do-or-die-boris-brexit/
Perdagangan dalam CFD dan produk dengan leverage umumnya melibatkan potensi keuntungan yang besar dan juga risiko kerugian yang besar, anda bisa mendapatkan banyak dalam waktu yang lebih singkat, tetapi anda juga mungkin kehilangan semua modal yang diinvestasikan. Anda harus mendapatkan saran finansial, legal, perpajakan dan saran profesional lainnya sebelum bergabung dalam transaksi CFD untuk meyakinkan bahwa ini merupakan hal yang cocok dengan tujuan, kebutuhan dan keadaan anda. PT. Victory International Futures tidak menawarkan layanan kami kepada penduduk yurisdiksi tertentu seperti diantaranya Amerika Serikat, Iran, Korea Utara dan Kanada.
Copyright © PT. Victory International Futures. All Rights Reserved.